Kondisi
Perairan Taman Nasional Komodo
Kedalaman
Data
kedalaman Taman Nasional Komodo bersumber
dari peta kontur dan kedalaman dari Balai Taman Nasional Komodo. Peta ini terbagi atas 4 layer yaitu tingkat kedalaman
0-20 m, >20-50 m, .50-100 m dan >100 m.
Gelombang
Tim Departemen Konservasi Sumberdaya
Hutan dan Ekowisata (DKSHE) Fakultas Kehutanan IPB melakukan penelitian tinggi
gelombang pada perairan Taman Nasional Komodo. Dalam penelitian tersebut
dilakukan pada 4 bulan sebagai perwakilan dari tiap musim. Pada bulan Januari
mewakili musim barat, sedang musim timur diwakili oleh bulan Agustus. Bulan
April merupakan perwakilan peralihan musim barat ke musim timur, sedangkan
bulan Oktober adalah peralihan dari musim timur ke musim barat. Berdasarkan
data tersebut. Gelombang tertinggi terjadi pada musim timur dengan tinggi
gelombang signifikan rata-rata adalah 0,8m – 1m, sedangkan yang terendah saat
peralihan dari musim barat ke musim timur dengan tinggi gelombang 0,5m – 0,6m.
Berdasarkan data yang ada dapat disimpulkan bahwa gelombang signifikan
rata-rata dalam satu tahun adalah 0,57m – 0.8m.
Tinggi Gelombang
Laut
No.
|
Bulan
|
Gelombang (m)
|
1
|
Januari
|
0.5 - 0.8
|
2
|
April
|
0.5 - 0.6
|
3
|
Agustus
|
0.8 - 1
|
4
|
Oktober
|
0.5 - 0.8
|
Rata-rata
|
0.57 – 0.8
|
|
Sumber : Kajian Pengembangan Wisata
Alam di TNK (2014)
|
Pihak
Balai Taman Nasional Komodo juga melakukan pengukuran kecepatan arus pada 16
lokasi penyelaman. Dari hasil pengukuran tersebut diketahui bahwa lokasi
penyelaman yang memiliki kecepatan arus tertinggi adalah Cristal Rock, Manta
Alley dan Pulau Kambing dengan kecepatan arus 0,5m/s, sedang yang terendah pada
Ngarai Lili Laut dengan kecepatan arus 0,11m/s. Rata-rata kecepatan arus
perairan Taman Nasional Komodo berdasarkan pengukuran pada 16 lokasi penyelaman
tersebut adalah 0,66 m/s.
Arus Tiap Lokasi
Penyelaman
No.
|
Site
|
Arus (m/s)
|
1
|
Cristal Rock
|
0.5
|
2
|
Shootgun
|
0.16
|
3
|
Karang Makasar
|
0.24
|
4
|
Tatawa Besar
|
0.05
|
5
|
Batu Bolong
|
0.07
|
6
|
Tatawa Kecil
|
0.2
|
7
|
Panatai Merah
|
0.03
|
8
|
Loh Namo
|
0.043
|
9
|
Manta Alley
|
0.15
|
10
|
Toro Jerman
|
0.5
|
11
|
Padar Kecil
|
0.38
|
12
|
Ngarai Lili Laut
|
0.11
|
13
|
Canibal Rock
|
0.03
|
14
|
Bongkahan Batu
|
0.08
|
15
|
Padar Selatan
|
0.16
|
16
|
Pulau Kambing
|
0.5
|
Rata-rata
|
0.66
|
|
Sumber :
Laporan Ekspedisi Dive Site (2013)
|
Dalam buku Flores: Diving Around Komodo telah
dideskripsikan keunggulan dari tiap lokasi selam.
Keunikan Tiap Lokasi Selam
No.
|
Dive Site
|
Keunikan
|
1
|
Pillarstein
|
Pari Manta
|
2
|
Tetawa Kecil
|
Pari Manta dan Penyu
|
3
|
Siaba Kecil
|
Penyu Sisik
|
4
|
Siaba Besar
|
Penyu Sisik dan Penyu
Hijau
|
5
|
Pengah Kecil
|
Penyu Sisik dan Pari
Elang
|
6
|
Mawan
|
Pari Elang
|
7
|
Karang Makasar
|
Pari Manta, Pari Elang,
dan Penyu Hijau
|
8
|
Batu Bolong
|
Napoleon Wraesse dan Pari Manta
|
9
|
One Tree
|
Napoleon Wrasse
|
10
|
Gililawa Darat Passage
|
Penyu
|
11
|
Gililawa Laut Passage
|
Pari Manta
|
12
|
Castle Rock
|
Penyu Sisik dan Napoleon
Wrasse
|
13
|
German Flag
|
Pari Manta, Napoleon
Wrasse, dan Penyu
|
14
|
Manta Alley
|
Pari Manta
|
15
|
Twins
|
Pari Manta
|
16
|
Broken Hill
|
Penyu
|
17
|
Cannibal Rock
|
Pari Elang dan Pari
Bintik Hitam
|
18
|
Torro Site
|
Pari Bintik Biru dan Pari
Elang
|
19
|
Jimmy's Rock
|
Napoleon Wrasse
|
20
|
Swallow Hole
|
Penyu
|
Sumber : Flores :
Diving Around Komodo (2011)
|
Penyu merupakan hewan yang
terancam punah, penyu hijau dan dan penyu sisik sudah masuk dalam Daftar Merah IUCN
(International Union for Concervation of
Nature). Tugas lembaga ini menetapkan standar hewan yang hampir punah.
Penyu hijau masuk dalam kategori terancama punah sedangkan penyu sisik sudah
masuk dalam kategori sangat terancam punah. Berdasarkan hasil kajian lembaga
konservasi dunia WWF International diketahui
bahwa Taman Nasional Komodo merupakan salah satu dari 5 lokasi tempat bertelur
penyu di Nusa Tenggara. Lima lokasi tersebut adalah Taman Nasional Komodo,
Pulau Rote, Pulau Solor, Tanjung Bima, dan Pulau Sangiang. Dari lima lokasi
tersebut Taman Nasional Komodo mendapatkan rekomendasi berpotensi untuk menjadi
lokasi ekowisata penyu. Selain penyu, ikan Napoleon
Wrasses juga merupakan jenis ikan yang telah masuk dalam Daftar Merah IUCN.
Untuk ikan Napoleon sudah tergolong dalam kategori mudah terancam punah.
Taman Nasional Komodo juga
dikenal sebagai lokasi berkumpulnya ikan pari. Pada Taman Nasional terdapat
tiga lokasi yang paling banyak berkumpulnya ikan pari yaitu Karang Makasar, Manta Alley, dan German Flag. Bila menyelam pada ketiga lokasi tersebut, maka akan
melihat banyaknya pari manta yang juga ikut menyelam.
Selain deskripsi mengenai
keunggulan dari tiap lokasi menyelam, juga dapat menyaksikan paus dan
lumba-lumba. Berdasarkan hasil survey
cetacean pada tahun 1999 diketahui bahwa ada beberapa spesies paus dan
lumba-lumba yang berada disekitar Taman Nasional Komodo.
Biota
Berbahaya
Dalam buku Flores: Diving Around Komodo juga telah
terdapat informasi mengenai biota berbahaya yang hidup dalam Taman Nasional
Komodo.
Biota Berbahaya
No.
|
Dive Site
|
Biota Berbahaya
|
1
|
Tetawa Kecil
|
Hiu
|
2
|
Siaba Kecil
|
Hiu Karang Bintik Putih
|
3
|
Siaba Besar
|
Hiu Karang
|
4
|
Pengah Kecil
|
Ular Laut
|
5
|
Mawan
|
Hiu
|
6
|
Karang Makasar
|
Hiu Karang Bintik Hitam
|
7
|
Indihiang
|
Hiu Karang Bintik Putih
|
8
|
Batu Bolong
|
Hiu
|
9
|
One Tree
|
Hiu
|
10
|
Gililawa Darat Passage
|
Hiu Karang Bintik Putih
|
11
|
Castle Rock
|
Hiu Karang Bintik Putih
dan Hiu Karang Abu-Abu
|
12
|
Manta Alley
|
Hiu
|
13
|
Twins
|
Hiu
|
14
|
Langkoi Rock
|
Hiu
|
15
|
Tukoh Srikaya
|
Hiu Karang Bintik Putih
|
16
|
Broken Hill
|
Hiu Karang
|
17
|
Cannibal Rock
|
Hiu Karang Bintik Hitam
|
18
|
Jimmy's Rock
|
Hiu Karang
|
19
|
Swallow Hole
|
Hiu Karang
|
Sumber : Flores :
Diving Around Komodo (2011)
|
Dari tabel diatas menunjukan
bahwa terdapat dua jenis biota berbahaya pada perairan Taman Nasional Komodo
yaitu ikan hiu dan ular laut. Ular laut tergolong berbahya karena memiliki
racun lebih kuat dari ular di darat. Akan tetapi biasanya ular laut tidak akan
menggigit manusia karena mulutnya sangat kecil. Walaupun tidak menggigit
manusia, penyelam haruslah tetap waspada terhadap ular laut. Dalam panduan
sejarah ekologi Taman Nasional Komodo dijelaskan bahwa umumnya hiu akan
berenang menjauh bila ada penyelam yang mendekat. Hiu akan menggertak penyelam
apabila merasa diri terancam. Karena itu dalam menurut panduan sejarah ekologi
tersebut apabila sedang menyelam jangan mengganggu apabila hiu sedang
beristirahat. Hiu akan menggertak dengan cara membusungkan punggung dan
berenang bolak-balik dengan cepat dihadapan penyelam.
Peta Biota Berbahaya Taman Nasional Komdo |
No comments:
Post a Comment