STEREO C.M.

TATA RUANG : TEORI, INFORMASI, DAN OPINI

Friday, September 23, 2016

TAMAN NASIONAL KOMODO 3 : KONDISI PERAIRAN

Kondisi Perairan Taman Nasional Komodo
Kedalaman
Data kedalaman Taman Nasional Komodo bersumber dari peta kontur dan kedalaman dari Balai Taman Nasional Komodo. Peta ini terbagi atas 4 layer yaitu tingkat kedalaman 0-20 m, >20-50 m, .50-100 m dan >100 m.
Peta Kedalaman Taman Nasional Komodo
Gelombang
Tim Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (DKSHE) Fakultas Kehutanan IPB melakukan penelitian tinggi gelombang pada perairan Taman Nasional Komodo. Dalam penelitian tersebut dilakukan pada 4 bulan sebagai perwakilan dari tiap musim. Pada bulan Januari mewakili musim barat, sedang musim timur diwakili oleh bulan Agustus. Bulan April merupakan perwakilan peralihan musim barat ke musim timur, sedangkan bulan Oktober adalah peralihan dari musim timur ke musim barat. Berdasarkan data tersebut. Gelombang tertinggi terjadi pada musim timur dengan tinggi gelombang signifikan rata-rata adalah 0,8m – 1m, sedangkan yang terendah saat peralihan dari musim barat ke musim timur dengan tinggi gelombang 0,5m – 0,6m. Berdasarkan data yang ada dapat disimpulkan bahwa gelombang signifikan rata-rata dalam satu tahun adalah 0,57m – 0.8m.

Tinggi Gelombang Laut

No.
Bulan
Gelombang (m)
1
Januari
0.5 - 0.8
2
April
0.5 - 0.6
3
Agustus
0.8 - 1
4
Oktober
0.5 - 0.8
Rata-rata
0.57 – 0.8 
Sumber : Kajian Pengembangan Wisata Alam di TNK (2014)
  
Arus
Pihak Balai Taman Nasional Komodo juga melakukan pengukuran kecepatan arus pada 16 lokasi penyelaman. Dari hasil pengukuran tersebut diketahui bahwa lokasi penyelaman yang memiliki kecepatan arus tertinggi adalah Cristal Rock, Manta Alley dan Pulau Kambing dengan kecepatan arus 0,5m/s, sedang yang terendah pada Ngarai Lili Laut dengan kecepatan arus 0,11m/s. Rata-rata kecepatan arus perairan Taman Nasional Komodo berdasarkan pengukuran pada 16 lokasi penyelaman tersebut adalah 0,66 m/s.

Arus Tiap Lokasi Penyelaman

No.
Site
Arus (m/s)
1
Cristal Rock
0.5
2
Shootgun
0.16
3
Karang Makasar
0.24
4
Tatawa Besar
0.05
5
Batu Bolong
0.07
6
Tatawa Kecil
0.2
7
Panatai Merah
0.03
8
Loh Namo
0.043
9
Manta Alley
0.15
10
Toro Jerman
0.5
11
Padar Kecil
0.38
12
Ngarai Lili Laut
0.11
13
Canibal Rock
0.03
14
Bongkahan Batu
0.08
15
Padar Selatan
0.16
16
Pulau Kambing
0.5
Rata-rata
 0.66
Sumber : Laporan Ekspedisi Dive Site (2013)
Peta Arus Laut Taman Nasional Komodo
  
Keunikan
Dalam buku Flores: Diving Around Komodo telah dideskripsikan keunggulan dari tiap lokasi selam.

Keunikan Tiap Lokasi Selam

No.
Dive Site
Keunikan
1
Pillarstein
Pari Manta
2
Tetawa Kecil
Pari Manta dan Penyu
3
Siaba Kecil
Penyu Sisik
4
Siaba Besar
Penyu Sisik dan Penyu Hijau
5
Pengah Kecil
Penyu Sisik dan Pari Elang
6
Mawan
Pari Elang
7
Karang Makasar
Pari Manta, Pari Elang, dan Penyu Hijau
8
Batu Bolong
Napoleon Wraesse dan Pari Manta
9
One Tree
Napoleon Wrasse
10
Gililawa Darat Passage
Penyu
11
Gililawa Laut Passage
Pari Manta
12
Castle Rock
Penyu Sisik dan Napoleon Wrasse
13
German Flag
Pari Manta, Napoleon Wrasse, dan Penyu
14
Manta Alley
Pari Manta
15
Twins
Pari Manta
16
Broken Hill
Penyu
17
Cannibal Rock
Pari Elang dan Pari Bintik Hitam
18
Torro Site
Pari Bintik Biru dan Pari Elang
19
Jimmy's Rock
Napoleon Wrasse
20
Swallow Hole
Penyu
Sumber : Flores : Diving Around Komodo (2011)

Penyu merupakan hewan yang terancam punah, penyu hijau dan dan penyu sisik sudah masuk dalam Daftar Merah IUCN (International Union for Concervation of Nature). Tugas lembaga ini menetapkan standar hewan yang hampir punah. Penyu hijau masuk dalam kategori terancama punah sedangkan penyu sisik sudah masuk dalam kategori sangat terancam punah. Berdasarkan hasil kajian lembaga konservasi dunia WWF International diketahui bahwa Taman Nasional Komodo merupakan salah satu dari 5 lokasi tempat bertelur penyu di Nusa Tenggara. Lima lokasi tersebut adalah Taman Nasional Komodo, Pulau Rote, Pulau Solor, Tanjung Bima, dan Pulau Sangiang. Dari lima lokasi tersebut Taman Nasional Komodo mendapatkan rekomendasi berpotensi untuk menjadi lokasi ekowisata penyu. Selain penyu, ikan Napoleon Wrasses juga merupakan jenis ikan yang telah masuk dalam Daftar Merah IUCN. Untuk ikan Napoleon sudah tergolong dalam kategori mudah terancam punah.
Taman Nasional Komodo juga dikenal sebagai lokasi berkumpulnya ikan pari. Pada Taman Nasional terdapat tiga lokasi yang paling banyak berkumpulnya ikan pari yaitu Karang Makasar, Manta Alley, dan German Flag. Bila menyelam pada ketiga lokasi tersebut, maka akan melihat banyaknya pari manta yang juga ikut menyelam.
Selain deskripsi mengenai keunggulan dari tiap lokasi menyelam, juga dapat menyaksikan paus dan lumba-lumba. Berdasarkan  hasil survey cetacean pada tahun 1999 diketahui bahwa ada beberapa spesies paus dan lumba-lumba yang berada disekitar Taman Nasional Komodo.
Peta Keunikan Taman Nasional Komodo
Biota Berbahaya
Dalam buku Flores: Diving Around Komodo juga telah terdapat informasi mengenai biota berbahaya yang hidup dalam Taman Nasional Komodo.

Biota Berbahaya

No.
Dive Site
Biota Berbahaya
1
Tetawa Kecil
Hiu
2
Siaba Kecil
Hiu Karang Bintik Putih
3
Siaba Besar
Hiu Karang
4
Pengah Kecil
Ular Laut
5
Mawan
Hiu
6
Karang Makasar
Hiu Karang Bintik Hitam
7
Indihiang
Hiu Karang Bintik Putih
8
Batu Bolong
Hiu
9
One Tree
Hiu
10
Gililawa Darat Passage
Hiu Karang Bintik Putih
11
Castle Rock
Hiu Karang Bintik Putih dan Hiu Karang Abu-Abu
12
Manta Alley
Hiu
13
Twins
Hiu
14
Langkoi Rock
Hiu
15
Tukoh Srikaya
Hiu Karang Bintik Putih
16
Broken Hill
Hiu Karang
17
Cannibal Rock
Hiu Karang Bintik Hitam
18
Jimmy's Rock
Hiu Karang
19
Swallow Hole
Hiu Karang
Sumber : Flores : Diving Around Komodo (2011)

Dari tabel diatas menunjukan bahwa terdapat dua jenis biota berbahaya pada perairan Taman Nasional Komodo yaitu ikan hiu dan ular laut. Ular laut tergolong berbahya karena memiliki racun lebih kuat dari ular di darat. Akan tetapi biasanya ular laut tidak akan menggigit manusia karena mulutnya sangat kecil. Walaupun tidak menggigit manusia, penyelam haruslah tetap waspada terhadap ular laut. Dalam panduan sejarah ekologi Taman Nasional Komodo dijelaskan bahwa umumnya hiu akan berenang menjauh bila ada penyelam yang mendekat. Hiu akan menggertak penyelam apabila merasa diri terancam. Karena itu dalam menurut panduan sejarah ekologi tersebut apabila sedang menyelam jangan mengganggu apabila hiu sedang beristirahat. Hiu akan menggertak dengan cara membusungkan punggung dan berenang bolak-balik dengan cepat dihadapan penyelam.
Peta Biota Berbahaya Taman Nasional Komdo


 

No comments:

Post a Comment