Ternyata menulis itu amatlah susah bila tidak dibiasakan. Saya pun mulai kebingunan untuk menulis artikel baru. Walaupun sebenarnya alasan saya membuat blog adalah untuk melatih saya terbiasa menuangkan pikiran dalam bentuk tulisan. Masalah utama saya adalah tidak terbiasa membaca buku sehingga otak saya hanyalah seperti hard drive yang tidak berisi file. Sehingga mubazir rasanya saya ingin menuangkan pikiran saya dalam bentuk tulisan yang pada kenyataannya apa yang ingin saya tuangkan itu sebenarnya tidak ada sama sekali.
Oleh karena itu saya pelan-pelan ingin membiasakan diri membaca. Sehingga kepala saya bisa berisi dan kelak bisa dituangkan dalam bentuk tulisan. Saya pun memutuskan untuk memulai dengan membaca artikel yang pernah saya publish di blog ini. Dan puji Tuhan pada akhirnya saya kurang memahami apa yang pernah saya tulis. Pada saat membaca saya menjadi sadar bahwa selama ini susunan kalimat dalam beberapa tulisan yang pernah di-publish tidaklah tertata dengan baik dan dengan instruksi-instruksi yang arahnya kurang jelas. Sempat terlintas untuk memperbaiki beberapa artikel tersebut, namun akhirnya saya berpegang teguh pada sepenggal kata-kata bijak bahwa "Memperbaiki Itu Lebih Menyebalkan Daripada Membuat". Kata bijak tersebut saya ciptakan sendiri saat sedang menulis ini. Namanya juga belajar pasti harus salah dulu.
Kali ini saya ingin menulis dan membahas diri saya sendiri. Sewaktu kecil saya masih ingat kalau cita-cita saya adalah menjadi seorang petani. Karena pada saat itu saya berpikir bahwa petani adalah salah satu profesi yang menjamin saya tidak akan pernah kekurangan bahan makanan. Namun pada saat itu saya tidak membiasakan diri bertani dan selain itu saya tidak punya lahan untuk bertani. Karenanya ketika saya memasuki jenjang pendidikan tingkat SMP saya berpikir bahwa cita-cita saya itu tidak realistis. Saat itu saya pun berniat bahwa nanti saya akan menjadi guru saja. Menjadi guru menurut saya adalah pekerjaan paling mengasyikan karena bekerja hanya 6 jam sehari dan memiliki jatah libur lebih banyak daripada profesi yang lain. Dalam setahun guru akan mendapatkan jatah libur 2 bulan karena akan ada libur setiap setelah bagi raport siswa/siswi. Dan ketika guru libur, profesi kantoran lain akan tetap bekerja. Namun suatu ketika saya memutuskan untuk tidak lagi menjadi seorang guru, karena saya tidak berbakat untuk mengajar dan membimbing orang lain. Untuk mengajar satu orang saja saya sudah cukup kewalahan apalagi untuk mengajar dan mendidik puluhan orang sekaligus. Saya pun merasa bahwa sebenarnya menjadi guru adalah salah satu pekerjaan paling berat yang pernah ditemukan di dunia ini.
Pada saat saya naik ke jenjang pendidikan SMA, orang tua saya pernah mengungkapkan bahwa akhiran Bus (Servasius Risalbus Wandur) dalam nama saya diambil dari nama seorang presiden. Karena pada saat itu saya lahir ketika masa perang teluk di Irak. Nama presiden tersebut adalah George H. Bush. Sebenarnya cukup aneh karena nama yang diambil tersebut kekurangan satu huruf. Walapun demikian ternyata orang tua saya memiliki harapan yang tinggi sekali terhadap saya yang tidak akan mungkin tercapai, yaitu saya menjadi seorang presiden dan bisa menyerang negara orang lain. Dan ketika saya menyelesaikan ujian akhir nasional, saya bertemu dengan seorang teman lama. Teman saya itu ketika itu bertanya pada saya, kira-kira saya akan pergi kuliah dimana??? Spontan saya menjawab bahwa saya tidak punya cita-cita sehingga saya tidak tahu harus ambil kuliah apa. Karena pada saat itu saya masih belum tahu ambil kuliah jurusan presiden itu adanya dimana.
Setelah pengumuman kelulusan orang tua saya menginginkan saya untuk mengambil kuliah kedokteran. Saya pun berangkat ke bali untuk mengikuti testing masuk kedokteran di Universitas Udayana. Saya sebenarnya berangkat dengan berat hati karena saya merasa bingung dengan orang tua saya sendiri karena pendiriannya tidak tetap. Mereka ini sebenarnya maunya saya jadi presiden atau dokter. Dan tibalah saatnya saya harus mengikuti test kedokteran dengan soal yang begitu sulit. Saya merasa menyesal pada saat itu untuk mengikuti sesuatu yang sebenarnya mustahil bagi saya untuk dapat melewatinya. Saya merasa itu adalah hal yang sia-sia, tetapi anehnya ketika orang tua saya menelpon dan bertanya soal testing tersebut, saya menjawab dengan penuh keyakinan bahwa test tersebut amatlah mudah dan saya hanya dikalahkan oleh waktu. Selesai test tersebut saya masih belum berniat untuk mencari kampus lain untuk pendaftaran kuliah.
Menjelang pengumuman kelulusan test tersebut saya akhirnya menjadi panik karena pada saat itu di seluruh republik ini mungkin hanya saya saja yang belum memiliki kampus untuk tujuan kuliah. Dalam kepanikan tersebut saya masih menyempatkan diri untuk jalan-jalan ke Surabaya. Di Surabaya saya menginap di tempat saudara saya dari kampung. Suatu hari saya bertanya kepada saudara saya tersebut kira-kira di Surabaya kampus mana saja yang masih menerima pendaftaran untuk mahasiswa baru. Saat itu saudara saya menjawab bahwa semua kampus di Surabaya sudah menutup pendaftaran untuk menerima mahasiswa baru. Mendengar jawaban tersebut saya mencoba untuk tetap tenang, dalam hati saya berpikir tidak apalah paling tidak dalam jangka waktu satu tahun kedepan sampai pendaftaran lagi saya jadi buruh di pabrik semen saja dulu lah. Namun beberapa saat kemudian saudara saya katakan "tenang saja adik, di kota Malang masih ada kampus yang membuka pendaftaran setiap saat" dan ternyata kampus tersebut adalah ITN Malang.
Lalu saya pun berangkat ke Malang bersama seorang kenalan dari saudara saya. Setelah beberapa hari di Malang saya mendaftarkan diri untuk menjadi mahasiswa di Kampus ITN Malang. Setelah mendaftarkan diri saya disuruh mengikuti test. Soal pada saat test tersebut tidak terlalu sulit dan saya diterima sebagai mahasiswa jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota (atau disebut juga Planologi) di kampus tersebut. Saya memilih jurusan planologi karena saya merasa jurusan ini kedengarannya asing dan sepertinya jarang orang memilih jurusan seperti itu. Saya juga senang sekali saat itu saya berharap seperti itulah seharusnya sebuah kampus, testingnya tidak perlu sulit karena itu sangatlah membantu seseorang untuk menjadi mahasiswa. Saat mulai masa perkuliahan saya berjumpa dengan beberapa teman yang satu SMA dengan saya. Dan pada saat itu saya baru tahu bahwa kampus tersebut membuka pendaftarannya di SMA saya. Tahu begitu dulu saya tidak perlu susah-susah untuk ikut testing kedokteran dan harus panik karena tidak mendapatkan kampus untuk kuliah. Tetapi tidak apa-apa yang penting saya bisa berkuliah. Saya pun berkuliah di kampus tersebut selama 5 1/2 tahun. Ternyata kampus ini menggunakan jebakan batman, masuknya saja yang gampang untuk keluarnya yang harus banting tulang. Bagaimana tidak saya kerja prakteknya saja hampir satu tahun. Tetapi saya sebenarnya sangat berterimah kasih kepada kampus ini khususnya pada jurusan PWK ITN Malang, karenanya saya bisa jadi sarjana juga.
No comments:
Post a Comment