Peta Zonasi Taman Nasional Komodo |
Perencanaan di bidang pariwisata ada yang terdapat pada wilayah daratan dan ada juga yang terdapat pada wilayah perairan. Perbedaan wilayah perencaan akan melahirkan konsep perencanaan yang berbeda pula. Pada wilayah perairan terdapat beberapa objek wisata yang yang bila terlalu dieksploitasi akan terganggu keseimbangannya. Hal itu akan menyebabkan rusaknya objek dan daya tarik wisata. Kasus yang dapat terjadi misalnya adalah rusaknya ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang sangat sensitif. Ekosistem ini sangat mudah untuk rusak tetapi sangat susah untuk pulih. Kerusakan ekosistem terumbu karang ini bisa disebabkan karena konsep wisata yang digunakan adalah konsep wisata biasa.
Oleh karena itu munculah konsep ekowisata. Konsep
ekowisata berbeda dengan konsep wisata konvensional. Konsep ekowisata ini menawarkan
perlindungan bagi objek wisata yang mudah terkontaminasi. Konsep ekowisata
sudah mempertimbangkan dua aspek yaitu aspek pasar dan aspek tujuan. Aspek
pasar adalah untuk meningkatkan ekonomi masyarakat sedangkan aspek tujuan
adalah untuk melestarikan objek wisata dan lingkungan disekitarnya. Aspek
tujuan inilah yang paling diutamakan dalam konsep ekowisata. Hal inilah yang
membedakannya dengan wisata konvensional atau konsep industri pariwisata. Ekowisata
merupakan sebuah konsep wisata yang menjaga kelestarian atau bisa dikatakan
sebagai kegiatan wisata untuk melakukan konservasi. Konsep ini sesuai dengan konsep
pembangunan berkelanjutan yaitu menjaga sumberdaya yang ada saat ini agar dapat
dinikmati oleh generasi yang akan datang tanpa mengabaikan kebutuhan untuk
generasi yang ada saat ini.
Kabupaten Manggarai Barat merupakan salah satu ikon
baru untuk destinasi wisata yang ada di Indonesia, karena memiliki taman
nasional yang menjadi habitat satwa langka yaitu Komodo di Kawasan Taman Nasional
Komodo. Taman Nasional Komodo dibentuk pada
tahun 1980 untuk melestarikan satwa Komodo dan dinyatakan sebagai World Heritage Site serta Man and Biosphere Reserve oleh UNESCO
pada tahun 1986[1]. Taman Nasional Komodo meliputi Pulau Komodo, Pulau Rinca,
dan Pulau Padar, serta pulau-pulau kecil di sekitarnya. Semenjak satwa komodo masuk dalam salah satu dari
ketujuh keajaiban dunia. Pada tanggal 16 Mei 2012 versi
new seven wonder, jumlah wisatawan yang berkunjung baik dari dalam
negeri maupun luar negeri semakin meningkat dari tahun-tahun sebelumya.
Dari data pengunjung pada Balai Taman Nasional Komodo
menunjukan menunjukan bahwa jumlah
pengunjung Taman Nasional Komodo meningkat secara drastis pada tahun 2009 yaitu
sebanyak 36.534 pengunjung. Padahal selama 9 tahun sebelumnya rata pengunjung
pada Taman Nasional Komodo tidak sampai 17.000 pengunjung. Ini mungkin terjadi karena ketika itu satwa
komodo dicanangkan untuk dinominasikan dalam salah satu dari ketujuh keajaiban
dunia yang baru. Pada tahun 2011 menunjukkan peningkatan drastis jumlah
wisatawan dalam negeri yaitu sebanyak 6.177 pengunjung. Pada tahun sebelumya jumlah
pengunjung dari dalam negeri hanya sebanyak 2.965 pengunjung. Ini juga bisa
disebabkan oleh karena pada saat itu adalah saat dilaksanakan proses voting untuk memilih tujuh keajaiban
dunia yang baru. Sebenarnya selama 14 tahun terakhir menunjukan bahwa
pengunjung Taman Nasional Komodo memiliki trend
yang positif, akan tetapi pada 5 tahun terakhir dimulai dari tahun 2009 adalah
dengan rata-rata terbanyak pengunjungnya yaitu sebanyak 465.87.
Selain satwa purba Komodo pada Kawasan Taman Nasional juga
menawarkan obyek wisata perairan yang tak kalah menarik, yakni kehidupan bawah
laut yang cantik, baik ragam terumbu karang dan fauna bawah laut yang cantik,
merupakan pemandangan menarik bagi wisatawan. Taman
Nasional Komodo memiliki 1,214 kilometer persegi habitat laut yang terdiri atas
karang, mangrove, rumput laut, gunung laut, dan teluk yang semi tertutup dengan
lebih dari 1000 spesies ikan, sekitar 260 spesies karang, dan 70 spesies bunga
karang[2]. Saat ini Taman Nasional Komodo sudah menjadi salah
satu destinasi penyelaman karena keanekaragaman hayati taman bahwah lautnya.
Saat ini setidaknya terdapat 43 titik penyelaman pada Taman nasional Komodo.
Dan berdasarkan informasi dari Balai taman nasional Komodo tujuan utama dari
kebanyakan para pengunjung ke Kawasan Taman Nasional Komodo adalah untuk
melakukan penyelaman.
Wibisosno, M.S. dalam pengantar ilmu kelautan
menjelaskan bahwa komunitas terumbu karang sangat peka terhadap kegiatan
manusia yang dapat menimbulkan kerusakan pada terumbu karang. Bila kasus
seperti ini terjadi maka proses pemulihan terumbung karang akan berlangsung
lama. Bentuk kerusakan-kerusakan yang dapat disebabkan oleh manusia anatara
lain:
1. Pencemaran perairan karena peningkatan suhu, logam
berat, hidrokarbon yang berasal dari minyak yang dapat menyebabkan kematian
terumbu karang atau karena bekas jaring atau jala ikan yang menyebabkan karang
terlilit.
2. Rusaknya terumbu karang karena membuang sauh atau
jangkar pada terumbu karang, terinjak wisatawan, pencungkilan karang secara
sengaja oleh masyarakat, penggunaan bahan peledak untuk menangkap ikan.
3. Over eksploitasi sumber daya pesisir seperti pengkapan
ikan hias yang melewati batas kewajaran dan pembabatan hutan mangrove.
4. Pembangunan wilayah pesisir tanpa kearifan lingkungan
sehingga meningkatkan total padatan tersuspensi (TSS) dan kekeruhan di wilayah
pesisir pantai.
Pada
Kawasan Taman Nasional komodo juga terjadi aktivitas
penangkapan ikan yang dapat merusak
seperti penggunaan bahan peledak,
sianida dan kompresor yang berbahya bagi ekosistem terumbu karang dan fauna
laut. Penggunaan bahan berbahaya seperti ini biasanya
dilakukan oleh penduduk di luar Taman Nasional. Hal ini juga menyebabkan ancaman kepunahan terhadap biota laut
seperti lobster, kerang, kerapu dan Napoleon. Ancaman lain yang mulai timbul adalah kerusakan ekosistem terumbu karang yang
disebabkan oleh jangkar kapal wisatawan serta kegiatan wisata lainnya[3]. Seperti yang
diungkapkan oleh Wibisono M.S bahwa kegiatan wisata juga dapat menyumbang kerusakan
pada ekosistem terumbu karang. Hal ini
juga terjadi pada Taman Nasional Komodo yang ditunjukan dengan adanya ancaman kerusakan terumbu karang karena
jangkar kapal dari aktivitas wisata..
Teori dan fakta
diatas menunjukan bahwa konsep wisata konvensional tidak menjamin terjaganya
ekosistem terumbu karang. Oleh karena itu diperlukan penerapan konsep wisata
yang baru. Konsep wisata tersebut dapat menyajikan keindahan taman bawah laut
pada perairan Taman Nasional Komodo adalah konsep yang juga dapat menjaga
kelestarian sumberdaya bawah laut seperti ekosistem terumbu karang. Konsep yang
seharusnya dapat diterapkan adalah dalam bentuk ekowisata dengan basis
penyelaman. Ekowisata merupakan sebuah konsep wisata yang bertujuan untuk
menjaga kelestarian alam. Dalam konsep ekowisata diharapkan agar masyarakat
disekitar dan para wisatawan yang datang berkunjung untuk lebih memiliki rasa
menghargai keanekaragaman hayati yang terdapat dalam Taman Nasional Komodo.
Rasa menghargai ini ditunjukan dengan turut andil serta mewujudkan konsep
konservasi taman bawah laut pada Taman Nasional Komodo. Dalam konsep ekowisata
perilaku pengunjung yang dapat merusak ekositem seperti menyentuh karang atau
berperahu terlalu dekat dengan karang dilarang. Selain itu diterapkan retribusi
konservasi sebagai pembiayaan kegiatan konservasi. Wisatawan juga dipandu oleh
masyarakat lokal dan diberi edukasi.
[1] Ramono,
Widodo S; Novinato B. Wawandoro; Johanes Subijanto. 1994.“Rencana 25 Tahun
Taman Nasional Komodo Buku 2 data dan Analisis”. Direktotat Jenderal
Perlindungan dan Konservasi Alam. Hal: 7
[2] Ramono, Widodo S; Novinato
B. Wawandoro; Johanes Subijanto. 1994.“Rencana 25 Tahun Taman Nasional Komodo
Buku 2 data dan Analisis”. Direktotat Jenderal Perlindungan dan Konservasi
Alam. Hal: 7
[3] Ramono, Widodo S; Novinato
B. Wawandoro; Johanes Subijanto. 1994.“Rencana 25 Tahun Taman Nasional Komodo Buku 2 data dan Analisis”. Direktotat Jenderal
Perlindungan dan Konservasi Alam. Hal: 7
No comments:
Post a Comment