STEREO C.M.

TATA RUANG : TEORI, INFORMASI, DAN OPINI

Thursday, September 8, 2016

EKOWISATA PENYELAMAN PADA TAMAN NASIONAL KOMODO

Peta Zonasi Taman Nasional Komodo
Pariwisata merupakan salah satu sektor yang dapat menunjang perekonomian suatu daerah. Bahkan beberapa daerah berhasil menjadikannya sebagai sektor andalan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Karena itu sudah sepantasnya sektor pariwisata mendapatkan perhatian dari segi ekonomi, politik, maupun sosial. Konsep pariwisata biasanya akan menawarkan atau mempromosikan berbagai daya tarik wisata baik yang bersifat alamiah, buatan maupun kultur masyarakat untuk menarik minat wisatawan. Bahkan pada saat ini Indonesia sedang gencar-gencarnya mempromosikan pariwisata keluar negeri, misalnya dengan mengadakan event-event bertaraf nasional bahkan internasional, seperti program Sail Indonesia sebagai salah satu contohnya. Diadakannya program seperti ini menunjukan bahwa adanya keinginan untuk  mengembangkan sektor pariwisata yang ada di daerah. Dengan harapan bahwa ketika sektor pariwisata tersebut telah tumbuh, maka sektor tersebut bisa menjadi penopang ekonomi bagi daerah-daerah yang memang memiliki daya tarik wisata.
Perencanaan di bidang pariwisata ada yang terdapat pada wilayah daratan dan ada juga yang terdapat pada wilayah perairan. Perbedaan wilayah perencaan akan melahirkan konsep perencanaan yang berbeda pula. Pada wilayah perairan terdapat beberapa objek wisata yang yang bila terlalu dieksploitasi akan terganggu keseimbangannya. Hal itu akan menyebabkan rusaknya objek dan daya tarik wisata. Kasus yang dapat terjadi misalnya adalah rusaknya ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang sangat sensitif. Ekosistem ini sangat mudah untuk rusak tetapi sangat susah untuk pulih. Kerusakan ekosistem terumbu karang ini bisa disebabkan karena konsep wisata yang digunakan adalah konsep wisata biasa.
Oleh karena itu munculah konsep ekowisata. Konsep ekowisata berbeda dengan konsep wisata konvensional. Konsep ekowisata ini menawarkan perlindungan bagi objek wisata yang mudah terkontaminasi. Konsep ekowisata sudah mempertimbangkan dua aspek yaitu aspek pasar dan aspek tujuan. Aspek pasar adalah untuk meningkatkan ekonomi masyarakat sedangkan aspek tujuan adalah untuk melestarikan objek wisata dan lingkungan disekitarnya. Aspek tujuan inilah yang paling diutamakan dalam konsep ekowisata. Hal inilah yang membedakannya dengan wisata konvensional atau konsep industri pariwisata. Ekowisata merupakan sebuah konsep wisata yang menjaga kelestarian atau bisa dikatakan sebagai kegiatan wisata untuk melakukan konservasi. Konsep ini sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan yaitu menjaga sumberdaya yang ada saat ini agar dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang tanpa mengabaikan kebutuhan untuk generasi yang ada saat ini.
Kabupaten Manggarai Barat merupakan salah satu ikon baru untuk destinasi wisata yang ada di Indonesia, karena memiliki taman nasional yang menjadi habitat satwa langka yaitu Komodo di Kawasan Taman Nasional Komodo. Taman Nasional Komodo dibentuk pada tahun 1980 untuk melestarikan satwa Komodo dan dinyatakan sebagai World Heritage Site serta Man and Biosphere Reserve oleh UNESCO pada tahun 1986[1]. Taman Nasional Komodo meliputi Pulau Komodo, Pulau Rinca, dan Pulau Padar, serta pulau-pulau kecil di sekitarnya. Semenjak satwa komodo masuk dalam salah satu dari ketujuh keajaiban dunia. Pada tanggal 16 Mei 2012 versi new seven wonder, jumlah wisatawan yang berkunjung baik dari dalam negeri maupun luar negeri semakin meningkat dari tahun-tahun sebelumya.
Dari data pengunjung pada Balai Taman Nasional Komodo menunjukan  menunjukan bahwa jumlah pengunjung Taman Nasional Komodo meningkat secara drastis pada tahun 2009 yaitu sebanyak 36.534 pengunjung. Padahal selama 9 tahun sebelumnya rata pengunjung pada Taman Nasional Komodo tidak sampai 17.000 pengunjung.  Ini mungkin terjadi karena ketika itu satwa komodo dicanangkan untuk dinominasikan dalam salah satu dari ketujuh keajaiban dunia yang baru. Pada tahun 2011 menunjukkan peningkatan drastis jumlah wisatawan dalam negeri yaitu sebanyak 6.177 pengunjung. Pada tahun sebelumya jumlah pengunjung dari dalam negeri hanya sebanyak 2.965 pengunjung. Ini juga bisa disebabkan oleh karena pada saat itu adalah saat dilaksanakan proses voting untuk memilih tujuh keajaiban dunia yang baru. Sebenarnya selama 14 tahun terakhir menunjukan bahwa pengunjung Taman Nasional Komodo memiliki trend yang positif, akan tetapi pada 5 tahun terakhir dimulai dari tahun 2009 adalah dengan rata-rata terbanyak pengunjungnya yaitu sebanyak 465.87.
Selain satwa purba Komodo pada Kawasan Taman Nasional juga menawarkan obyek wisata perairan yang tak kalah menarik, yakni kehidupan bawah laut yang cantik, baik ragam terumbu karang dan fauna bawah laut yang cantik, merupakan pemandangan menarik bagi wisatawan. Taman Nasional Komodo memiliki 1,214 kilometer persegi habitat laut yang terdiri atas karang, mangrove, rumput laut, gunung laut, dan teluk yang semi tertutup dengan lebih dari 1000 spesies ikan, sekitar 260 spesies karang, dan 70 spesies bunga karang[2]. Saat ini Taman Nasional Komodo sudah menjadi salah satu destinasi penyelaman karena keanekaragaman hayati taman bahwah lautnya. Saat ini setidaknya terdapat 43 titik penyelaman pada Taman nasional Komodo. Dan berdasarkan informasi dari Balai taman nasional Komodo tujuan utama dari kebanyakan para pengunjung ke Kawasan Taman Nasional Komodo adalah untuk melakukan penyelaman.
Wibisosno, M.S. dalam pengantar ilmu kelautan menjelaskan bahwa komunitas terumbu karang sangat peka terhadap kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan pada terumbu karang. Bila kasus seperti ini terjadi maka proses pemulihan terumbung karang akan berlangsung lama. Bentuk kerusakan-kerusakan yang dapat disebabkan oleh manusia anatara lain:
1.      Pencemaran perairan karena peningkatan suhu, logam berat, hidrokarbon yang berasal dari minyak yang dapat menyebabkan kematian terumbu karang atau karena bekas jaring atau jala ikan yang menyebabkan karang terlilit.
2.      Rusaknya terumbu karang karena membuang sauh atau jangkar pada terumbu karang, terinjak wisatawan, pencungkilan karang secara sengaja oleh masyarakat, penggunaan bahan peledak untuk menangkap ikan.
3.      Over eksploitasi sumber daya pesisir seperti pengkapan ikan hias yang melewati batas kewajaran dan pembabatan hutan mangrove.
4.      Pembangunan wilayah pesisir tanpa kearifan lingkungan sehingga meningkatkan total padatan tersuspensi (TSS) dan kekeruhan di wilayah pesisir pantai.
Pada Kawasan Taman Nasional komodo juga terjadi aktivitas penangkapan ikan yang dapat merusak seperti penggunaan bahan peledak, sianida dan kompresor yang berbahya bagi ekosistem terumbu karang dan fauna laut. Penggunaan bahan berbahaya seperti ini biasanya dilakukan oleh penduduk di luar Taman Nasional. Hal ini juga menyebabkan ancaman kepunahan terhadap biota laut seperti lobster, kerang, kerapu dan Napoleon. Ancaman lain yang mulai timbul adalah kerusakan ekosistem terumbu karang yang disebabkan oleh jangkar kapal wisatawan serta kegiatan wisata lainnya[3]. Seperti yang diungkapkan oleh Wibisono M.S bahwa kegiatan wisata juga dapat menyumbang kerusakan pada ekosistem terumbu karang.  Hal ini juga terjadi pada Taman Nasional Komodo yang ditunjukan dengan adanya  ancaman kerusakan terumbu karang karena jangkar kapal dari aktivitas wisata..
Teori dan fakta diatas menunjukan bahwa konsep wisata konvensional tidak menjamin terjaganya ekosistem terumbu karang. Oleh karena itu diperlukan penerapan konsep wisata yang baru. Konsep wisata tersebut dapat menyajikan keindahan taman bawah laut pada perairan Taman Nasional Komodo adalah konsep yang juga dapat menjaga kelestarian sumberdaya bawah laut seperti ekosistem terumbu karang. Konsep yang seharusnya dapat diterapkan adalah dalam bentuk ekowisata dengan basis penyelaman. Ekowisata merupakan sebuah konsep wisata yang bertujuan untuk menjaga kelestarian alam. Dalam konsep ekowisata diharapkan agar masyarakat disekitar dan para wisatawan yang datang berkunjung untuk lebih memiliki rasa menghargai keanekaragaman hayati yang terdapat dalam Taman Nasional Komodo. Rasa menghargai ini ditunjukan dengan turut andil serta mewujudkan konsep konservasi taman bawah laut pada Taman Nasional Komodo. Dalam konsep ekowisata perilaku pengunjung yang dapat merusak ekositem seperti menyentuh karang atau berperahu terlalu dekat dengan karang dilarang. Selain itu diterapkan retribusi konservasi sebagai pembiayaan kegiatan konservasi. Wisatawan juga dipandu oleh masyarakat lokal dan diberi edukasi.




[1] Ramono, Widodo S; Novinato B. Wawandoro; Johanes Subijanto. 1994.“Rencana 25 Tahun Taman Nasional Komodo Buku 2 data dan Analisis”. Direktotat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam. Hal: 7
[2] Ramono, Widodo S; Novinato B. Wawandoro; Johanes Subijanto. 1994.“Rencana 25 Tahun Taman Nasional Komodo Buku 2 data dan Analisis”. Direktotat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam. Hal: 7
[3] Ramono, Widodo S; Novinato B. Wawandoro; Johanes Subijanto. 1994.“Rencana 25 Tahun Taman Nasional Komodo  Buku 2 data dan Analisis”. Direktotat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam. Hal: 7

No comments:

Post a Comment